Laporan Perekonomian: Ekonomi Indonesia Melampaui Ekspektasi, Tumbuh 5,12% di Triwulan-II
Liga335 daftar, situs judi bola, situs sbobet – Angka resmi ini sangat mengejutkan karena sebagian besar indikator makroekonomi telah menunjukkan perlambatan, bukan akselerasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Laporan-laporan media mengkonfirmasi bahwa hasil ini mengejutkan banyak analis. Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan 5,12% (y/y) pada Triwulan-II 2020 merupakan tingkat pertumbuhan terbaik dalam dua tahun terakhir.
Ini adalah perkembangan penting, karena mempertahankan pertumbuhan di atas ambang batas 5,0% secara luas dianggap penting untuk menghasilkan lapangan kerja yang cukup bagi angkatan kerja yang terus bertambah di Indonesia. Hal ini, pada gilirannya, akan meningkatkan upah rumah tangga, meningkatkan belanja konsumen, dan menarik investasi langsung. Hasil yang kuat ini membuat target pertumbuhan ekonomi Pemerintah Indonesia untuk tahun 2025 sebesar 5,2% (y/y) kembali terjangkau.
Meskipun untuk mencapai target ini akan membutuhkan akselerasi pertumbuhan yang signifikan di paruh kedua tahun ini, angka PDB Triwulan-II 2025 menunjukkan bahwa hal ini menjadi sebuah kemungkinan. Lingkungan Eksternal Secara keseluruhan, situasi global tetap diliputi ketidakpastian pada Q2-2025, dengan berlanjutnya perang di Ukraina dan Gaza. Pada saat yang sama, Presiden AS Donald Trump mengganggu kondisi perdagangan global dengan ancaman tarif impor baru.
Tarif dasar sebesar 10 persen diberlakukan oleh pemerintahan Trump pada awal April 2025, dengan tarif impor timbal balik khusus AS dijadwalkan akan berlaku pada 1 Agustus 2025 (yang jatuh pada Kuartal III-2025). Halangan global ini menciptakan latar belakang yang menantang bagi perekonomian Indonesia sepanjang kuartal kedua. Pembuatan kebijakan yang kacau dari pemerintahan Trump adalah salah satu alasan mengapa Federal Reserve AS telah ditekan untuk mempertahankan suku bunga acuannya lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Akibatnya, suku bunga AS yang tinggi ini menyulitkan bank-bank sentral lainnya, termasuk Bank Sentral Eropa, untuk memangkas suku bunga acuan mereka. Lagipula, jika pasar negara berkembang tidak menawarkan imbal hasil yang menarik, investor global akan lebih memilih aset-aset AS yang lebih aman. Namun, suku bunga yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan ini Suku bunga acuan yang tinggi memang agak membatasi aktivitas ekonomi karena tingginya biaya pinjaman.
Menariknya, Bank Indonesia telah mampu menurunkan suku bunga acuan secara bertahap sejak September 2024, meskipun hal ini diyakini sebagai salah satu alasan di balik tekanan berat pada rupiah (terhadap dolar AS). Akan tetapi, tingkat pertumbuhan 5,12% (y/y) yang luar biasa ini menunjukkan bahwa faktor eksternal – termasuk perlambatan ekonomi global pada Triwulan-II 2020 – tidak berhasil menyeret ekonomi Indonesia. Seberapa Andalkah Data BPS?
Perbedaan besar antara proyeksi analis – yang didasarkan pada berbagai data ekonomi Q2-2025 yang lemah – dan angka PDB resmi Q2-2025 yang sangat kuat tak pelak menimbulkan pertanyaan tentang keandalan data BPS. Mungkinkah data BPS secara tidak sengaja (atau bahkan disengaja) terdistorsi? Kita harus membahas topik ini karena telah menjadi titik sentral pembicaraan di antara para analis, ekonom, dan jurnalis.
Ini Pada awalnya, diskusi-diskusi tersebut dilakukan secara tertutup, namun belakangan, kritik pun dilontarkan secara terbuka. Sebagai contoh, Kompas memberitakan surat terbuka dari ekonom senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, yang menyatakan bahwa angka pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 tidak sesuai dengan realitas ekonomi yang dirasakan masyarakat dan dunia usaha. Ia menegaskan bahwa BPS perlu menjelaskan lebih rinci bagaimana angka ini dihitung.
Pertama, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar data yang dikumpulkan oleh BPS didasarkan pada estimasi statistik dan bukan angka-angka faktual yang komprehensif. Sebagai contoh, untuk memperkirakan konsumsi rumah tangga, BPS mengandalkan survei untuk memahami kebiasaan dan pola belanja konsumen. BPS kemudian menggunakan pemodelan statistik untuk melakukan ekstrapolasi dari data survei ini untuk mewakili seluruh populasi.
Akibatnya, hasil akhir dapat dipengaruhi oleh ‘kejujuran’ dan ‘persepsi’ responden, serta komposisi sampel yang dipilih. Meskipun tidak ada alasan untuk menuduh ika komponen-komponen ini berbeda secara signifikan pada Triwulan-II 2020 dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya, ketergantungan metodologi pada estimasi berarti data, secara teori, rentan terhadap manipulasi. [.
] Ini adalah halaman pertama dari artikel (yang terdiri dari 44 halaman). Untuk membeli artikel lengkapnya (PDF dalam bahasa Inggris), Anda dapat menghubungi kami melalui email dan/atau WhatsApp: – info@-.com – +62(0)882.
9875.1125 Harga laporan ini: Rp 50.