Box Office Indonesia Menghadapi Volatilitas Saat Industri Mencari Pertumbuhan yang Berkelanjutan – Pasar JAFF
Liga335 daftar – Pasar bioskop Indonesia mengalami volatilitas yang signifikan pada tahun 2025, dengan angka box office yang berfluktuasi meskipun ada beberapa terobosan yang berhasil, menurut para pemimpin industri yang berbicara di panel Pasar JAFF “Saksi Ahli: Transformasi Box Office Indonesia Dilihat dari Dalam dan Luar Negeri.” Angga Dwimas Sasongko, sutradara sekaligus pendiri dan CEO grup Visinema, mengungkapkan bahwa meskipun film animasi “Jumbo” yang diproduksi oleh perusahaannya berhasil meraih hampir 11 juta penonton pada tahun ini dan menjadi jawara box office Indonesia, namun pada bulan-bulan lainnya penjualan tiket film tersebut turun di bawah 3 juta. Perjalanan produksi film selama tujuh tahun ini menunjukkan perubahan strategis bagi para produser Indonesia yang mencari pertumbuhan yang berkelanjutan di luar pendapatan bioskop domestik.
“Kami selalu berhasil ketika kami mencoba untuk tampil beda,” ujar Sasongko, mencatat bahwa strategi pemrograman tandingan Visinema secara konsisten memberikan hasil. Namun, ia menekankan perlunya restrukturisasi industri, dan menyarankan batas potensial 160 film per tahun. ntuk mengatasi kejenuhan pasar.
Panel yang menampilkan produser Todd Brown menyoroti tantangan ekshibisi di Indonesia yang masih ada. Meskipun telah berkembang dari satu jaringan bioskop besar 15 tahun yang lalu menjadi tiga jaringan bioskop saat ini, negara ini masih memiliki jumlah layar yang sangat sedikit. Harga tiket rata-rata di bawah $3 dibandingkan dengan Thailand yang mencapai $8 lebih membuat investasi infrastruktur berskala besar menjadi sulit.
Brown, mantan kepala akuisisi internasional di XYZ Films, mengamati bahwa meskipun kualitas produksi dasar Indonesia telah meningkat secara substansial, batas atas untuk talenta terobosan internasional tetap tidak berubah. “Kita masih membicarakan orang yang sama” dari 15 tahun yang lalu, katanya, seraya menyerukan adanya pembagian pengetahuan yang lebih baik antara pembuat film yang sudah mapan dan yang baru. Larangan pasar untuk menyulihsuarakan film asing dan struktur pembagian hasil 50-50 dengan para eksibitor telah menciptakan model distribusi langsung dari produser ke bioskop yang tidak biasa, membuat distributor tradisional menjadi tidak relevan dalam arus t ekosistem.